Khoerodin Developer, writer, and maker |

Developer, writer, and maker

Sepenting Apa Sebenarnya Hobi?

Suatu hari, istri saya pulang dari menjemput anak di Raudhatul Athfal dan membawa pulang sebuah cerita kecil yang entah bagaimana terasa besar. Ia bertemu seorang ibu paruh baya yang sedang menjemput cucunya. Dalam obrolan ringan, inu itu bercerita bahwa anaknya berencana memakai jasa ART di rumah. Lalu ia menirukan ucapan anaknya, “Kalau ada ART, lha terus saya ngapain?.”

Kalimat itu terdengar biasa, mungkin bahkan terdengar penuh perhatian. Tapi wajah si Ibu justru memancarkan kegelisahan. Ia merasa kalau dirinya tidak melakukan apa-apa di rumah anaknya, ia seperti kehilangan alasan untuk berada di sana. Tidak ada peran, tidak ada kontribusi, tidak ada pijakan.

Dan di situ ada sesuatu yang dalam: manusia tidak tahan dengan kekosongan peran. Bahkan ketika niat kasih sayang sudah dikirimkan dengan niat baik, ada bagian dari diri kita yang tetap membutuhkan sesuatu untuk dilakukan—bukan sekadar kesibukan, tapi aktivitas yang terasa “milik sendiri”.

Dari cerita itu, saya makin yakin bahwa hobi bukan sekadar pengisi waktu luang. Ia adalah ruang tempat manusia mempertahankan dirinya sendiri.

Hobi adalah wilayah yang tidak diatur oleh ekonomi, tidak ditentukan oleh lingkungan, dan tidak diukur oleh produktivitas. Di dalamnya, kita bebas menjadi manusia yang utuh: makhluk yang tidak hanya bekerja dan bertahan hidup, tapi juga menikmati. Menciptakan. Menikmati kembali.

Dan bagian paling penting: hobi memberi kita alasan untuk tetap merasa hidup ketika fase hidup mulai berubah.

Ada masa ketika pekerjaan berhenti menuntut. Ada masa ketika anak-anak tidak lagi membutuhkan kita seperti dulu. Ada masa ketika ritme hidup melambat, terkadang terlalu melambat. Tanpa aktivitas yang kita cintai, masa-masa itu bisa terasa seperti kekosongan yang menelan perlahan.

Tapi dengan hobi—entah itu membaca, merawat tanaman, menulis, berkebun, merajut, atau sekadar berjalan pagi—kita punya jangkar. Kita punya sesuatu yang tetap memanggil nama kita. Sesuatu yang membuat hari-hari tidak terasa seperti menunggu.

Pada akhirnya, hobi bukan urusan “punya waktu luang atau tidak”. Ia adalah cara paling sederhana untuk menjaga kewarasan, memelihara jiwa, dan mempertahankan identitas diri di tengah hidup yang terus berubah.

Hidup akan selalu menawarkan fase-fase baru, seringnya tanpa peringatan. Tapi selama kita punya sesuatu yang kita nikmati, kita tidak pernah sepenuhnya kehilangan arah.